Minggu, 04 Maret 2012

Seputih Bulu Domba


Tak Kau lupakan diriku
Kau ingat ku adalah debu
Tetapi Kau meninggikannya
Di hadapan MalaikatMu

Tak Kau hapuskan namaku
Dari kitab kehidupanMu
Kau tak malu mengakuinya
Di hadapan Bapa

Reff:

Kau Allah yang tiada mengingat lagi
Segala kesalahanku yang telah Engkau ampuni
Walau dosaku merah bak kain kesumba
Engkau menjadikanku putih
Seputih bulu domba.


Download Lagunya disini :
4shared.com - Free file sharing and storage

Allah Peduli


Banyak perkara
Yang tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini

Satu perkara
Yang kusimpan dalam hati
Tiada satupun kan terjadi
Tanpa Allah perduli

Reff:

Allah mengerti, Allah perduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.


Download Lagunya disini :
4shared.com - Free file sharing and storage

Sukacita Surga


T'rima sukacita surga
Itulah kekuatan bagi jiwa
Ku dapat rasakan kasihNya
Di tengah badai yang bergelora

T'rima sukacita surga
Itulah kekuatan bagi jiwa
Ku dapat saksikan kuasaNya
Taklukkan badai yang bergelora

Reff :

Haleluya Kau ada dalam hatiku
Tak kan patah semangatku
Tak kan hilang kekuatanku
Haleluya ku mau bersorak bagiMu
sukacita surga nyata penuhiku.


Download Lagunya disini :
4shared.com - Free file sharing and storage

Ajarku Berdiam








Ajarku berdiam dekat di hatiMu

Di saat ku berpaling temukan cintaMu
Di sana Kau menanti tuk bawaku lagi
Bersekutu dalam damai yang sejati

Ooh, Ku damba hadirMu
Ooh, inilah rinduku

Reff:

Hidupku hanyalah untukMu
Segenap hatiku kagum kan kebaikanMu
Nafasku menc'ritakan kasihMu
Ajarku berdiam dekat di hatiMu.


Download Lagunya disini :
4shared.com - Free file sharing and storage

Allah Sumber Kuatku







Hanya Kau milikku di surga

Tiada yang ku ingini di bumi,
Hanya Kau
Tak ku andalkan kekuatanku
Namun, yang pasti Kau tetap s'lamanya

Reff:

Allah, sumber kuatku,
Allah, sumber kuatku
Allah, sumber kuatku
Dan bagianku s'lamanya

Allah, sumber kuatku,
Allah, sumber kuatku
Allah, sumber kuatku
Dan bagianku s'lamanya.


Download Lagunya disini :
4shared.com - Free file sharing and storage

Mencari Kebahagiaan Sejati


Ayat bacaan: Yesaya 48:18
======================
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti."

mencari kebahagiaan sejatiPernahkah anda merasa sangat kosong dalam diri anda sehingga anda tidak merasa bahagia meski secara umum anda sedang tidak menderita apa-apa? Seorang teman saya sedang mengalaminya. Lewat email ia bercerita bahwa meski ia sedang tidak mengalami masalah dalam kehidupannya, ia sedang merasakan kekosongan dalam dirinya yang membuatnya merasa tidak bahagia. Ia memiliki pekerjaan, penghasilannya cukup, punya mobil, punya tabungan, tetapi ternyata semua itu pada suatu ketika tidak sanggup membuatnya hidup bahagia. "Mungkin aku sedang jenuh, mungkin aku merasa kesepian, tetapi yang pasti aku tidak merasa bahagia." katanya. Banyak orang mungkin akan tertawa ketika mendengar hal itu, dan mungkin akan segera menganggap teman saya itu sebagai orang yang tidak bersyukur. Bukankah ia sudah memiliki banyak hal seperti pekerjaan, kehidupan, harta dan sebagainya, yang bagi sebagian orang masih merupakan impian untuk diraih? Tetapi apa yang ia alami bukanlah hal baru. Mungkin kita pun pernah mengalaminya.


Pola kehidupan dunia akan mengarahkan kita untuk mencari kebahagiaan lewat banyak hal. Secara fisik kebahagiaan dianggap mampu hadir dalam hidup kita apabila kita mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Semakin banyak semakin baik dan semakin puas. Bisa beli rumah, mobil mewah, buka usaha dimana-mana, punya modal untuk mempercantik diri, mampu membeli berbagai aksesoris dan mengikuti trend dunia, bisa membeli baju dan perlengkapan bermerek terkenal, memiliki gadget yang paling up to date, bisa liburan ke luar negeri kapan saja, dan sebagainya. Banyak orang yang percaya bahwa semua ini bisa mendatangkan kebahagiaan. Ada yang mengacu kepada sisi emosional untuk mencari kebahagiaan, dan mereka akan terus mencari pengakuan, pujian, penghargaan dan popularitas atau ketenaran. Mereka akan bersikap selalu ingin dihormati, ingin disanjung tinggi, dipuja dan dipuji. Berbagai hal yang dianggap mampu memberikan kebahagiaan atau sebentuk damai sejahtera di atas seringkali tidak mampu untuk menjawab kebutuhan kita akan sebuah kebahagiaan atau damai sejahtera. Mungkin untuk jangka waktu tertentu yang singkat hal-hal tersebut di atas bisa memberikan rasa puas dan senang, tapi tidak dalam waktu yang lama. Pada akhirnya kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa semua itu tidak akan pernah cukup untuk membeli sebuah rasa yang selalu kita rindukan bernama kebahagiaan.

Saya teringat kepada sebuah kesimpulan dari seorang ahli matematika dan fisika ternama yang juga terkenal sebagai filsuf, Blaise Pascal. Kita mengetahui bahwa ada begitu banyak teorinya yang hingga hari ini masih menjadi dasar ilmu pengetahuan. Tapi justru dari Pascal keluar sebuah pernyataan yang sangat esensial mengenai kehidupan. Begini katanya: "There is a God shaped vacuum in the heart of every man which cannot be filled by any created thing, but only by God, the Creator, made known through Jesus." Ada sebuah rongga yang tidak akan pernah bisa diisi oleh siapapun atau apapun, kecuali oleh Tuhan, melalui Yesus. Saya percaya bahwa kesimpulan ini ia katakan lewat pengalamannya sebagai seorang ahli dalam ilmu pengetahuan. Setinggi-tingginya kita menguasai ilmu, sehebat-hebatnya kita sebagai manusia, sekaya-kayanya diri kita, sebuah rongga atau "God shaped vacuum" akan selalu ada di dalam diri kita yang tidak akan mampu dipenuhi oleh hal apapun selain oleh Tuhan sendiri.

Maka itu artinya kebahagiaan sejati hanyalah bisa kita peroleh secara rohani lewat hubungan kita dengan Tuhan. Ketaatan dan kedekatan terhadap Tuhan merupakan kunci penting disini. Dalam kitab Yesaya kita bisa membaca sebuah ayat yang secara jelas mengatakannya. "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti." (Yesaya 48:18). Kebahagiaan bisa kita peroleh secara melimpah bagai gelombang laut yang tidak pernah berhenti apabila kita memperhatikan perintah-perintah Tuhan secara serius dan sungguh-sungguh. Ketaatan kita akan membuat Tuhan berada dekat dengan kita, di dalam diri kita, dan dengan demikian rongga kosong dalam hati kita itu pun akan terisi oleh satu-satunya Pribadi yang sanggup untuk itu. Mungkin kita bertanya, bagaimana bisa demikian? Jawabannya adalah, sebab Tuhan sendirilah yang merupakan sumber damai sejahtera. (Roma 15:33, 16:20).

Keinginan daging secara sekilas akan seolah mampu memberikan jawaban untuk pencarian kebahagiaan. Banyak orang akan begitu kerasnya berusaha untuk memuaskan keinginan dagingnya dan untuk mencapai itu bahkan rela mengorbankan hubungan dengan Tuhan. Mereka mencoba terus lebih dekat lagi kepada hal-hal duniawi yang dianggap mampu menjawab kebutuhan akan kebahagiaan itu, tetapi sesungguhnya lewat Roh-lah kita akan mampu memperolehnya. Bagi dunia keinginan daging dianggap mampu menjadi solusi, padahal Firman Tuhan berkata "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6). Dalam Galatia 5:22-23 pun kita bisa melihat bahwa damai sejahtera dan sukacita merupakan dua dari beberapa buah Roh. Rongga kosong dalam hati kita akan tetap ada selama kita mencoba mencari solusi yang tidak tepat, semua itu tidak akan mampu mengisi kekosongan kecuali Tuhan sendiri.

Yesus sudah mengingatkan bahwa "..Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." (Roma 14:17). Bukan hanya fisik kita saja yang butuh diberi makan dan minum, tetapi jiwa dan roh kita pun butuh. Disitulah letaknya jawaban akan kebutuhan kita akan kebahagiaan ini, yang akan mampu memenuhi rongga kosong dalam hati kita dalam kepenuhan untuk mencapai kebahagiaan yang penuh dengan sukacita, dan akan mampu bertahan untuk waktu lama. Kebahagiaan sejati hanya bisa disediakan oleh Tuhan, dan itu hanya akan bisa terjadi jika Kerajaan Allah hadir dalam kehidupan kita. Harta benda, kekayaan, jabatan, pujian dan penghargaan tidak akan pernah mampu menjawab kebutuhan kita akan kebahagiaan ini.

Tuhanlah satu-satunya yang mampu mengisi sebentuk rongga kosong dalam hati kita ini hingga kita bisa merasakan sebuah kebahagiaan sejati yang tidak akan terguncang lewat berbagai kesusahan di dunia ini. Semakin meninggalkan atau menjauh dari Tuhan dan terus mengejar hal-hal dunia yang nikmat bagi daging kita justru akan membuat rongga kosong ini terus melebar, menenggelamkan setiap sukacita yang seharusnya menjadi bagian dari kita lewat Kristus. Apakah anda tengah merasakan hal yang sama seperti teman saya tadi? Itu artinya anda harus mulai berpikir bukannya semakin menjauh dari Tuhan, tetapi seharusnya malah semakin dekat. "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8). Jika anda merasa hari ini kebahagiaan masih bukan menjadi milik anda, temukanlah rongga kosong itu dan biarkan Tuhan mengisinya. Mendekatlah kepada Tuhan dan dengarkan perintah-perintahNya. Itu akan mengundang Tuhan untuk segera menambal kekosongan itu dengan kebahagiaan sejati yang hanya berasal daripadaNya.

Undang Tuhan untuk masuk hari ini juga dan temukanlah kepenuhan hati dalam kebahagiaan yang sejati

Kapanpun, Dimanapun


Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."

kapanpun, dimanapunSaya sering berpikir, betapa bahagianya anak-anak yang lahir di era teknologi seperti sekarang ini. Anak-anak SD pun sekarang sudah dilengkapi handphone yang memungkinkan mereka berkomunikasi kapan saja dengan orang tua, saudara, sanak keluarga  atau teman-temannya. Di usia sangat muda mereka bahkan sudah mengenal internet, sudah bisa chatting dengan baik lengkap dengan icon atau smileys yang sudah disediakan. Mengagumkan. Saya pernah chatting dengan keponakan seorang teman di Surabaya yang usianya masih 7 tahun. Meski ia masih harus perlahan-lahan mencari huruf di keyboard, tapi dia sudah mampu berkomunikasi dengan lancar menggunakan fasilitas chatting. Itulah era teknologi yang memungkinkan siapapun untuk menjalin hubungan dengan siapapun kapan saja, dimana saja. Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi di jaman dulu. Telepon saja belum ada, apalagi handphone. Hubungan hanya bisa dijalin lewat surat menyurat atau bertemu langsung. Sekarang teknologi mampu membuat dunia menjadi sangat kecil. Anda bisa berhubungan langsung dengan orang di belahan bumi lain dalam sekejap. Ini era dimana komunikasi sudah sangat mudah untuk dilakukan dan dengan biaya yang relatif murah.

Dalam hal hubungan kita dengan Sang Pencipta pun demikian. Hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Jika itu bisa kita nikmati saat ini, itu karena Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk itu. Tidak. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun. Kita bisa merasakan kehadiranNya yang begitu damai, kita bisa mendengar suaraNya setiap saat. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. He's never too busy for us. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. That's amazing.

Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami ini semua. Paulus mengerti benar akan hal itu. Dia berkata "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (ay 13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita buang. Anugerah yang terlalu besar untuk kita sia-siakan. Setiap saat, setiap waktu, kapan saja dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan.

Semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama melalui Kristus. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka, tidak peduli kesalahan di masa lalu atau berbagai perbuatan-perbuatan terdahulu yang penuh dosa. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita, "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Dan tentu saja percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).  Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).

"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Semuanya tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan apa yang telah tersedia atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan terbuka untuk semua orang. Tuhan menyambut semuanya yang datang dengan iman. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya lewat doa kita. Tidakkah itu luar biasa?

Tidak ada satu tempat atau waktupun dimana kita tidak bisa menemui Tuhan

Moral Manusia Akhir Zaman


Ayat bacaan: Efesus 4:2
=================
"Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."

manusia akhir zaman, kasih"Ini Medan, bung!" adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa kerasnya kehidupan di ibukota Sumatera Utara itu. Udara yang panas cenderung membuat orang akan mudah terbakar emosi, sehingga memang tidak mudah untuk berlalu-lintas disana bagi pendatang. Kita pun tahu cuplikan sebuah lagu yang kemudian dijadikan "branding" untuk sebuah bentuk kehidupan serba sulit di ibukota Jakarta. "Siapa suruh datang Jakarta", demikian bunyinya. Sementara banyak orang mendambakan kehidupan yang lebih layak dengan datang ke ibukota, tetapi ternyata tingkat kesulitan yang tinggi dan semakin tidak pedulinya orang terhadap sesamanya membuat perjuangan disana kerap menghasilkan air mata bagi orang-orang yang hendak mencoba mencari penghidupan lebih baik ketimbang di daerahnya sendiri. "Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota", demikian bunyi salah satu ungkapan lainnya. Ada pula sebuah kota di Indonesia yang bertindak begitu kejam kepada sesama saudaranya, sesama warga negara sendiri. Aneh memang ketika saudara sebangsa justru tertolak di negerinya sendiri, tetapi begitulah gambaran kehidupan di zaman akhir ini. Orang akan rela berbuat apa saja demi kepentingan diri sendiri, bahkan jika harus, mengapa tidak mengorbankan orang lain? Dan gambaran zaman akhir seperti ini sebenarnya sudah ditulis ribuan tahun yang lalu di dalam Alkitab.

Tuhan sudah mewahyukan lewat Paulus mengenai hal ini. "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar." (2 Timotius 3:1). Hari-hari yang sukar. Mungkin bagi kita itu mengacu kepada bencana kelaparan, krisis ekonomi, bencana alam dan sebagainya. Itu memang kita alami sekarang, dan tidak jarang hal-hal itu memang meresahkan kita. Tetapi apa yang dimaksud sebagai masa yang sukar sebenarnya lebih mengacu kepada krisis moral di kalangan manusia di zaman akhir. Sebab Paulus melanjutkan kalimat di atas dengan serangkaian  contoh mengenai degradasi moral yang begitu parah yang akan (atau sudah) mewarnai kehidupan manusia secara panjang lebar. "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (ay 2-4). Perhatikanlah moral manusia hari ini. Bukankah wahyu di atas sudah digenapi? Semakin hari semakin banyak saja orang-orang yang bertingkah laku seperti apa yang dirinci oleh Paulus di atas. "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (ay 5a). Inipun sudah umum bagi kita. Orang akan lebih cenderung mementingkan tata cara, tradisi, adat  dan kebiasaan-kebiasaan secara fisik ketimbang membangun sebuah hubungan yang mesra dengan Penciptanya. Dan Paulus mengingatkan kita agar tidak terjerumus ke dalam pola kehidupan dunia seperti itu. Secara tegas Paulus mengatakan: "Jauhilah mereka itu!" (ay 5b).

Sikap egois dan individualisme sungguh mewarnai kehidupan manusia hari ini. Berapa banyak di antara kita yang mengenal baik tetangga kita sendiri? Bahkan sekedar mengetahui nama saja sudah tidak banyak yang peduli, terutama untuk yang tinggal di kota besar. Jika namanya saja kita sudah tidak peduli, bagaimana mungkin kita tergerak untuk membantu mereka? Tahu sedang bermasalah saja mungkin tidak. Sementara yang digariskan kepada kita tidaklah mudah. Menjadi terang dan garam, dan mewartakan kabar keselamatan hingga ke seluruh penjuru bumi. Jika di lingkungan terdekat saja kita sudah tidak peduli, bagaimana mungkin kita bisa untuk skala yang jauh lebih besar? Ada begitu banyak orang yang akhirnya mati dalam penderitaannya karena tidak ada satupun sesamanya manusia yang tergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka. Kecenderungan manusia di akhir zaman memang demikian. Tidak ada lagi tali kasih, tidak ada lagi kepedulian sosial, tidak ada lagi rasa empati untuk merasakan kesedihan orang lain. Tetapi anak-anak Tuhan seharusnya tidak boleh ikut-ikutan bertindak demikian. Panggilan bagi kita sudah digariskan Kristus sejak semula, dan semua itu sangatlah berbanding terbalik dengan karakter negatif orang-orang akhir zaman seperti yang digambarkan Paulus.

Pesan penting mengenai kewajiban kita untuk membantu sesama tercatat begitu banyak di dalam Alkitab. Tidak sekalipun Alkitab mengajarkan kita untuk bersikap egois. Bahkan kita diwajibkan untuk membantu siapapun tanpa pandang bulu, tanpa terkecuali, bukan hanya untuk kalangan kita saja, bukan pula hanya terbatas untuk saudara seiman saja. Lihatlah betapa pentingnya sikap saling bantu ini di mata Tuhan. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2) Begitu pentingnya sehingga dikatakan bahwa dengan melakukannya itu artinya kita memenuhi hukum Kristus mengenai kasih. Jika demikian, bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang percaya apabila kita sama sekali tidak peduli kepada sesama kita? Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai murid Kristus apabila kita tidak mencerminkan sama sekali pribadiNya dalam kehidupan kita sehari-hari?

Kasih merupakan hukum yang terutama dalam kekristenan. Ini menjadi hal yang paling esensi untuk kita miliki dalam bermasyarakat. Adalah percuma bagi kita untuk rajin beribadah tetapi di sisi lain kita tidak menunjukkan kepedulian dalam kasih terhadap sesama kita. Firman Tuhan secara jelas berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Ketika pola kecenderungan moral manusia akan mengarah kepada sikap semakin sombong, tidak tahu berterimakasih, mudah terbakar amarah, kasar dan hal-hal negatif lainnya, bagi kita diingatkan untuk bersikap seperti ini: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar." (Efesus 4:2a). Hidup yang didasari kasih akan melahirkan sikap yang berbeda dengan arus dunia. Karena itu kita seharusnya menyatakan kasih kita kepada sesama semampu kita, dan itu bisa kita lakukan dalam hal kepedulian kita. "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (ay 2b).

Tuhan Yesus telah memberikan keteladanan secara langsung bagaimana kita seharusnya menjalani hidup ketika kita dikuasai dan digerakkan oleh kasih. Sepanjang perjalanan hidupNya di muka bumi ini Yesus terus menunjukkan empatinya terhadap penderitaan manusia. Dia terus tergerak oleh rasa belas kasihan dan menolong siapapun tanpa pandang bulu. Bahkan Dia rela disiksa hingga mati di atas kayu salib untuk menggantikan kita yang seharusnya layak menerima itu. Keselamatan bagi seluruh umat manusia, itupun lahir dari kasih yang begitu besar dari Allah kepada manusia ciptaanNya. Jika Tuhan adalah kasih, dan Dia menyatakan kasihnya secara luar biasa bagi kita, dan kita mengaku sebagai anak-anakNya, maka sudah seharusnya kitapun mencerminkan sebuah sikap yang sama pula.

Di saat orang-orang semakin tidak peduli terhadap sesamanya di akhir zaman, ini kesempatan bagi kita untuk menunjukkan sebuah sikap berbeda ketika kasih Kristus menguasai dan menggerakkan diri kita. Sebuah kasih yang mendasari perbuatan kita untuk menolong orang lain, siapapun mereka, bukan saja akan menjadi berkat tersendiri bagi mereka, tapi itu juga akan membuat kita dihitung sedang melakukan sesuatu untuk Tuhan. "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Perhatikan di sekeliling anda, sudahkah anda peduli dengan permasalahan mereka hari ini? Mengapa tidak mulai dari sekarang untuk melakukan sesuatu?

Pandanglah sesama dengan kacamata kasih sebagaimana Tuhan memandang kita

Love Letter From God


Ayat bacaan: Mazmur 104:31
========================
"Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!"

keindahan alamSeorang teman saya yang berprofesi sebagai fotografer hari ini memasang salah satu foto hasil jepretannya di sebuah situs jejaring. Foto itu begitu indah. Sebuah foto pemandangan dengan bunga-bunga mekar di sebuah taman ketika matahari mulai terbenam, itulah yang terlihat di sana. Foto itu ia beri judul "Love Letter from God". Saya pun segera memuji hasil karyanya. Ia berkata, "ketika saya melihat foto itu, saya langsung menyadari kebesaran Tuhan."  Dia benar. Di tengah jepitan kesesakan yang kita alami dalam hidup ini, kita terlalu sering lupa menyadari bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan begitu indahnya. Gugus tata surya, langit biru diselimuti awan putih, rerumputan hijau dengan bunga warna warni mekar dimana-mana dan sebagainya. Semua itu terlalu indah untuk kita nikmati, tapi kesibukan dan berbagai beban hidup membuat kita jarang punya waktu untuk menikmati hasil ciptaanNya. Kita terlalu sibuk kepada permasalahan kita, kita berkeluh kesah dan mengira Tuhan berlama-lama untuk melakukan sesuatu, padahal jika kita mau mengambil waktu sebentar untuk melihat sekeliling kita, maka kita akan menyadari bahwa Tuhan telah melakukan begitu banyak hal yang indah bagi kita. Keindahan alam, bukankah itu juga berkat dari Tuhan?

Meski kamera belum ditemukan pada masa Daud, tapi mungkin apa yang dilihat Daud kurang lebih sama dengan apa yang dilihat oleh teman saya itu lewat lensa kameranya. Mungkin Daud tengah mengamati indahnya pemandangan ketika ia menulis Mazmur 104. Disana ia menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan secara sangat puitis. Semua itu jelas merupakan buah tangan Tuhan, sebuah bukti keliahian Tuhan yang bisa kita saksikan dengan amat sangat nyata. Hal ini disinggung Paulus pada suatu kali. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma 1:20). Daud begitu mengagumi apa yang ia lihat, sehingga ia pun berkata "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31).

Tapi apa yang terjadi hari-hari ini agaknya sulit membuat Tuhan tetap bisa bersukacita lewat ciptaan-ciptaanNya. Manusia terus saja merusak kelestarian lingkungan. Buang sampah sembarangan, sungai-sungai tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman penduduk, asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan pabrik-pabrik, semua itu merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita. Kerusakan lingkungan dan menipisnya lapisan ozone membuat dunia ini semakin lama semakin hancur. Manusia yang diciptakan Allah secara istimewa ternyata tidak menghargai karya Penciptanya. Selain merusak lingkungan, menghancurkan ekosistem dan lain-lain, manusia pun masih sanggup saling membinasakan satu sama lain. Padahal semua manusia ini ciptaan Tuhan, yang berharga dimataNya. Tapi di mata sesama manusia, nyawa itu tidaklah penting, letaknya masih sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri sendiri. Dia sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita lewat Kristus, tapi kita begitu sulit untuk sekedar menghargai kebaikanNya. Jika semua ini terjadi, bagaimana Tuhan bisa bersukacita karena perbuatan-perbuatanNya?

Alam semesta beserta isinya merupakan ciptaan Tuhan yang luar biasa indahnya. Itu adalah anugerah yang amat besar yang telah ia sediakan sebelum Dia menciptakan manusia, agar ketika manusia hadir, keindahan itu bisa dinikmati secara langsung. Tuhan menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik (Kejadian 1:11-12). Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu diciptakan Tuhan dengan baik. (ay 14-18). Segala jenis hewan, baik burung-burung di udara, ikan-ikan di laut dan hewan-hewan darat, semua Dia ciptakan dengan baik. (ay 20-22). Dikatakan bahwa bumi beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tapi otoritas untuk menguasai diberikan kepada kita. (Kejadian 1:28). Menguasai bukan berarti bertindak semena-mena dan merusak seenaknya, tapi justru sebaliknya, kita diminta untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua kepada kita. Idealnya kita bersyukur. Idealnya kita bersukacita bersama-sama dengan Tuhan menikmati segala keindahan itu. Tapi apakah kita sudah melakukannya? Apakah Tuhan bisa bersukacita atas segala ciptaanNya hari ini?

Foto yang diambil teman saya adalah gambaran kasih Tuhan yang sungguh besar buat kita. It's the love letter from God. Saya bersyukur jika hari ini masih bisa melihat alam yang indah. Apakah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikannya? Tuhan menitipkan milikNya kepada kita untuk dikelola, dijaga, dilestarikan dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, disanalah Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaanNya di muka bumi ini dapat saling bekerjasama dalam menghormati hasil karyaNya yang agung. Jika anda melihat sekeliling anda hari ini dan masih mendapati sesuatu yang indah, bersyukurlah untuk itu dan mari kita jaga bersama-sama agar anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikan keindahan seperti yang kita lihat saat ini.

Alam yang indah merupakan milik Tuhan yang dititipkan kepada kita untuk dilestarikan

Menanggapi Firman Tuhan dengan Sepenuhnya


Ayat bacaan: Yohanes 1:12
=========================
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya"

menanggapi firman TuhanSulitkah mengajar anak yang bandel? Tanyakan kepada sepupu saya, maka ia akan langsung bercerita panjang lebar bagaimana lelahnya dia setiap hari mengasuh anaknya. Ketiganya masih balita dengan kenakalan yang kurang lebih sama. Mereka akan berlari kesana kemari. Meleng sedikit saja sesuatu bisa terjadi pada mereka. Kemarin ketika kami makan siang bersama, ketiga anaknya saling berebutan sendok dan garpu lalu melemparkannya ke segala arah. Lalu salah satu terjatuh dan langsung menangis keras. Sepupu saya pun menghampiri anaknya dan berkata, "itulah, siapa suruh bandel? Lain kali dengar kata-kata mama supaya kamu tidak jatuh dan sakit.." Semua orang tua akan senang sekali jika anak-anak mereka mau mendengarkan nasihat mereka. Masalahnya, sebagai anak kita sebenarnya mendengar, namun hanya sedikit yang patuh dan mau menurutinya. Telinga kita mendengar, namun sikap, tindakan dan perbuatan kita sama sekali tidak mencerminkan apa yang kita dengar. Dan akibatnya, ada banyak kerugian yang akan kita alami berawal dari ketidak-acuhan kita terhadap petuah atau nasihat orang tua.

Jika terhadap orang tua kita di dunia kita berbuat demikian, terhadap Bapa pun kita bisa melakukan hal yang sama. Sebagian besar dari kita mungkin sudah sering mendengarkan Firman Tuhan, tetapi apakah kita sudah menanggapi, mentaati dan menghidupinya? Sebagian orang akan terus melakukan hal-hal yang menyenangkan dirinya tanpa mempedulikan apa kata Tuhan mengenai apa yang diperbuatnya. Mendengar Firman cukup lewat kotbah, cukup hari Minggu saja, dan setelah itu mereka akan kembali pada kehidupan duniawinya. Injil bukan lagi hal yang asing bagi kita, tetapi sudahkah kita menangkap esensi dasar dari kebenaran yang terkandung di dalamNya? Sudahkah kita memperhatikan dengan seksama bagaimana kehidupan kita dan menjaganya agar berita luar biasa tentang keselamatan lewat Kristus yang diberitakan lewat Injil tidak sampai luput dari kita?

Injil secara fisik mungkin hanya terlihat sebagai sekumpulan tulisan saja. Namun sebenarnya Injil mengandung kebenaran yang mampu menembus hati, yang berasal dari kalimat-kalimat Allah sendiri. Lihatlah gambaran siapa sesungguhnya diri kita, manusia. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23). Ini kondisi yang memperihatinkan. Kita digambarkan sebagai orang-orang berdosa, yang dengan sendirinya membuat kita kehilangan kemuliaan Allah. Semua manusia gagal mencapai standar kebenaran yang sempurna dari Tuhan. Ganjaran dari ini semua jelas, kita seharusnya binasa dengan mengenaskan. Tapi lihatlah bagaimana Tuhan mengasihi kita. Meski semuanya salah kita, Tuhan tidak menginginkan kita berakhir seperti itu. Lalu Injil mengatakan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Atau lihat pula Firman Tuhan lewat Petrus: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh." (1 Petrus 3:18). Kasih yang begitu besar sanggup menggerakkan Tuhan untuk menebus kita, bahkan dengan mengorbankan AnakNya yang tunggal sekalipun. "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).

Cerita keselamatan ini bukan lagi hal yang baru bagi kita. Tetapi tentu tidak cukup jika kita hanya mengetahui karya Tuhan yang agung kini tanpa mau mulai berbuat sesuatu untuk menanggapi dan melakukannya secara pribadi, yang berasal dari keputusan kita sendiri. Alkitab berkata: "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." (Yohanes 1:12). Apa yang diberikan Tuhan ini adalah sebuah kasih karunia yang begitu luar biasa besarnya. Dari orang berdosa, yang gagal mencapai standar kelayakan bagi Tuhan, ternyata kita malah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. Tidakkah itu seharusnya mampu menggerakkan hati kita untuk bersyukur dan memutuskan untuk menghargai segala kebaikan Tuhan yang luar biasa itu sepenuhnya?

Firman Tuhan juga berkata "Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup." (1 Yohanes 5:12). Ini sebuah jaminan yang diberikan Tuhan kepada kita lewat Kristus. Dengan menerima Kristus, Dia dengan sendirinya telah masuk ke dalam hidup kita, dan dengan demikian kita pun dianugerahkan hidup yang kekal. "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:6-7). Hanya lewat Kristus kita bisa datang kepada Bapa. Hanya lewat Dia kita memperoleh jalan dan kebenaran dan hidup. Hanya lewat Dia kita diselamatkan, dan hanya lewat Dia pula kita bisa mengenal Bapa, bahkan dikatakan telah melihatNya. Sebuah anugerah yang sungguh besar yang alangkah keterlaluan jika kita sia-siakan.

Sudahkah kita menanggapi dengan benar dari apa yang diberikan Tuhan kepada kita? Lewat Kristus kita memperoleh keselamatan kekal dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Sudahkah kita benar-benar menyadari hal itu? Sudahkah kita menanggapi terang rohani yang telah diberikan Allah kepada kita, dan sudahkah kita menyalurkan terang itu kepada orang-orang di sekitar kita seperti apa yang diperintahkan Tuhan? Mendengar Firman Tuhan itu baik, tetapi alangkah sia-sianya apabila kita tidak menghidupinya. Jangan-jangan kita masih menjadi pendengar yang baik, namun perilaku, tindakan, pikiran dan perbuatan kita sama sekali tidak mencerminkan apa yang telah kita dengar. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Patuh terhadap nasihat orang tua merupakan sebuah keharusan demi kebaikan kita sendiri, patuh terhadap Tuhan tentu jauh lebih penting lagi. Hari ini mari kita sama-sama hidup dengan kebenaran firman Tuhan, menjadi pelaku-pelaku firman, menyesuaikan perilaku kita dengan apa yang kita baca atau dengar dari semua tulisan yang diilhamkan Tuhan sendiri yang tercatat dalam Alkitab. Hiduplah sebagai anak-anak Terang, berfungsilah sebagai terang dan garam dunia, dan tetaplah hidup dengan iman teguh akan Yesus,Tuhan dan Juru Selamat kita. Jangan biarkan anugerah luar biasa besar ini menguap sia-sia akibat kebandelan kita.

Lewat Kristus kita memperoleh keselamatan kekal dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah

Kemaruk


Ayat bacaan: Matius 6:31
======================
"Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?"

kemaruk, gila hartaLucu sekali melihat seorang bapak yang tinggal tidak jauh dari rumah saya. Halamannya hanya sepetak, tapi seluruhnya ia tanami dengan berbagai jenis tanaman hingga pagarnya pun terdorong miring ke luar hampir jatuh. Di lahan yang tidak besar itu ia juga masih menambahkan tambak. Belum lagi kardus-kardus bekas, barang rongsokan, botol plastik dan sebagainya. Semua itu memenuhi seluruh halaman rumahnya. Sehingga rumahnya sama sekali tidak berbentuk jika dilihat dari luar. Penuh semak, kotor dan sumpek. Untuk jalan menuju pintu rumahnya saja sudah sulit bukan main. Setiap malam saya mendengar suara tokek dari rumahnya. Dan ketika saya tanyakan, ia berkata bahwa ia memang memelihara beberapa tokek. Untuk apa? "karena waktu itu saya dengar harga tokek sedang naik..jadi saya buru-buru beternak tokek. Ternyata hanya isu.." katanya sambil tertawa kecil. Tapi itupun tidak membuatnya melepaskan tokek itu. "Sayang, itu kan duit juga, biarpun kecil." katanya polos. Mengapa tidak ditata saja agar terlihat lebih nyaman? Saya tanyakan itu kepadanya. Dan ia menjawab bahwa ia tidak peduli soal nyaman, tapi yang penting adalah keuntungan alias uang.

Kita memang membutuhkan uang untuk bisa tetap hidup. Jika tidak, bagaimana kita bisa memenuhi segala kebutuhan kita? Itu benar. Tapi apakah kita harus terus memburu itu tanpa henti? Mendasarkan segala-galanya hanya pada uang? Apakah hanya itu satu-satunya yang kita percaya mampu mengatasi segala persoalan hidup? Alkitab tidak mengajarkannya demikian. Dalam Matius 6 kita bisa melihat pandangan Kerajaan Surga mengenai hal ini langsung melalui perkataan Yesus.

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19). Ini seruan untuk mengingatkan kita agar jangan menjadi budak harta. Jangan bersikap kemaruk, tamak dan berorientasi kepada harta, karena semua itu tidaklah kekal. Setiap saat semua itu bisa habis lenyap dalam sekejap mata. Kalau begitu apa yang harus kita kumpulkan? Yesus melanjutkannya seperti ini: "Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (ay 20). Kita perlu mengumpulkan harta, tapi bukan di bumi melainkan di surga. Itulah yang akan berguna, kekal sifatnya dan tidak akan bisa dicuri atau dirusak oleh siapapun.

Hal mengumpulkan harta di surga tidaklah sama dengan cara kita mengumpulkan harta di dunia ini. Ketika disini kita menimbun, selalu berpikir untuk menerima, di sana justru sebaliknya, kita harus memberi. Salah satunya memberi lewat persepuluhan. Firman Tuhan berkata: "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." (Maleakhi 3:10-12). Lalu memberi kepada orang miskin yang membutuhkan, "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu." (Amsal 19:17), "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Juga menanam investasi hidup dan uang kita untuk mengemban amanat Agung. "Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, rang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:29-30). Perhatikan bahwa setiap kita mengumpulkan harta di surga, apa yang kita butuhkan di dunia ini pun akan dengan sendirinya terpenuhi. Harta dikumpulkan di surga, tapi kita bisa menikmatinya sejak sekarang dan akan berlaku selamanya membawa kita masuk dalam keselamatan kekal. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak perlu khawatir akan apapun di dunia ini. "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?" (Matius 6:31). Orang dunia boleh saja khawatir, tapi kita tidak pada posisi dimana kita harus ikut-ikutan khawatir kepada hal itu. Mengapa? Sebab Bapa di surga tahu semua kebutuhan kita. "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." (ay 32). Oleh karena itulah Yesus kemudian menyimpulkannya dengan jelas. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ay 33).

"Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia" (Efesus 4:17). Sebagai orang percaya, kita adalah ciptaan baru yang telah dipulihkan, merdeka dari perbudakan dosa, kebiasaan buruk dan lain-lain. Karena itulah kita jangan lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan terus saja sibuk akan perkara yang sesungguhnya sia-sia. Tidak ada gunanya terus sibuk menimbun harta sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan seluruh hidup kita, karena semua itu hanyalah akan berguna sementara saja, dan tidak akan pernah abadi. Menimbun harta di surga dengan memberkati orang lain, mengembalikan milik Tuhan dan mempersembahkan hidup dan segala yang kita miliki sepenuhnya untuk Tuhan akan membuat kita berinvestasi di surga, dimana tidak ada satupun yang mampu mencuri dan merusaknya. Sementara itu, apapun yang kita butuhkan selama di bumi ini juga akan tercukupi. Bukan hanya sekedar tercukupi, tetapi firman Tuhan berkata "semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Tuhan tahu pasti pergumulan kita, Dia tahu apa yang menjadi kebutuhan kita, dan Dia siap melimpahkan itu semua kepada kita. Semua tergantung apa fokus kita sebenarnya. Apakah segala harta duniawi yang sia-sia ini, atau harta surgawi yang kekal dan berlaku baik di dunia maupun kelak dalam kehidupan yang kekal. Jangan kemaruk, jangan gila harta, jangan tamak, itu bukanlah gambaran anak-anak Tuhan. Carilah dahulu kerajaanNya, dan juga kebenarannya, maka anda akan melihat betapa besar bedanya hidup dalam perlindungan Allah dengan pola kehidupan duniawi yang dianut oleh banyak orang.

Tidak perlu khawatir karena kelimpahan dan kemurahan Tuhan akan selalu beserta anak-anakNya

Berdoalah dengan Hati yang Tulus


Ayat bacaan: Matius 6:5
====================
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

berdoa dengan hati yang tulus"Bagaimana sih aku harus berdoa? Aku bukan orang yang pintar merangkai kata." Itu kata seorang teman ketika saya menyarankan dirinya untuk mulai mengisi hari-hari dengan doa. Mungkin ada yang tertawa mendengar pertanyaan itu, tapi sebenarnya ada banyak orang yang mengira bahwa doa itu sama seperti puisi atau lirik lagu, yang harus dibuat bersajak, memakai kata-kata yang terangkai indah atau malah sepanjang mungkin. Tidaklah mengherankan jika banyak orang yang tidak berani memimpin doa bahkan dikalangan teman-temannya sendiri. Bagus tidaknya sebuah doa bukan lagi didasarkan kepada kesungguhan hati, ketulusan dan kejujuran, melainkan kehebatan bermain kata. Doa bukan lagi merupakan sarana hubungan antara kita dengan Tuhan, namun sudah bergeser maknanya menjadi ajang untuk memamerkan kemampuan merangkai kata atau mencari popularitas diri sendiri.

Bukan itu yang dicari Tuhan dari kita. Bukankah Tuhan sendiri sudah berfirman bahwa "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7) ? Tuhan tidak melihat hebat tidaknya rangkaian kata-kata puitis, tapi Dia melihat hati kita. Apakah doa yang kita panjatkan berasal dari hati yang tulus, atau semua itu hanyalah dilakukan untuk memamerkan diri kita sendiri didepan orang lain. Ketika makna doa bergeser menjadi untuk kepentingan duniawi, agar dipuji orang, agar terlihat suci, sebagai ajang pameran rohani, maka sesungguhnya Tuhan pun tidak lagi berkenan atas doa-doa yang kita panjatkan, meski dalam rangkaian kata yang begitu indah. Doa yang didengarkan Tuhan adalah doa yang didsarkan kepada kejujuran atau ketulusan bukan kepura-puraan.

Kita bisa melihat reaksi Yesus terhadap orang-orang Farisi. Ketika itu orang Farisi terkenal dengan kegemarannya berdoa di sudut-sudut jalan yang ramai, ditengah pasar atau kerumunan orang. Pokoknya dimana ada keramaian, maka mereka pun segera pasang aksi. Mereka mengira Tuhan akan terkesan dengan perilaku mereka, namun sebenarnya justru sebaliknya. Tuhan tidak suka dengan gaya seperti ini. Yesus pun segera mengingatkan murid-muridNya untuk tidak meniru cara tersebut. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Yesus pun melanjutkan bahwa berdoa itu justru sebaiknya dilakukan dengan mencari tempat yang sepi dan tenang, seperti di dalam kamar, agar kita bisa memusatkan seluruh diri kita untuk mencari Bapa dan mendengarkan suaraNya. "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Tidak cukup sampai disitu, Yesus pun melanjutkan peringatan agar kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Berpanjang lebar, berulang-ulang seolah-olah Tuhan itu pelupa atau sulit mengerti isi hati kita. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 7). Mengapa demikian? "karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (ay 8). Lalu Yesus pun memberikan contoh doa yang baik yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. (ay 9-15).

Apa yang diajarkan Yesus sesungguhnya jelas. Dia mengingatkan kita bahwa doa itu dipanjatkan hanya untuk Tuhan saja, dan bukan untuk didengarkan manusia. Ini berarti bahwa Tuhan mementingkan isi hati kita yang tulus, datang dan mengatakan apa adanya di hadapan Tuhan, mencurahkan isi hati kita tanpa ada agenda-agenda terselubung, tanpa ada maksud lain selain menjalin hubungan secara langsung dengan Tuhan. Ketika berdoa dilakukan agar mendapat pujian, supaya dinilai hebat rohani oleh orang lain, agar terlihat pintar bermain kata-kata puitis, punya banyak perbendaharaan kata dan lain-lain, ketika itu pula kita menjadi orang yang munafik. Dalam kemunafikan tidak ada lagi ketulusan. Motivasi berdoa yang benar itu sungguh penting. Berdoa nonstop 24 jam pun akan percuma apabila dilakukan dengan motivasi yang hanya mencari perhatian dari orang lain.

Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang munafik yang mempergunakan doa untuk tujuan atau motivasi yang hanya mencari pujian. Lihat apa kata Tuhan mengenai hal ini. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Keajaiban yang menakjubkan bukanlah keajaiban dalam arti positif, tapi mengacu kepada pukulan yang bertubi-tubi. Jurang kebinasaan pun menganga di depan mata.

Firman Tuhan berkata "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:2). Ini mengingatkan kita untuk tidak mementingkan rangkaian kata-kata panjang. Apa yang berkenan bagi Tuhan adalah doa yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, yang berasal dari hati yang tulus. Ketulusan sungguh memegang peranan penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dengan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan mendapatkan anugerah Roh Kudus dalam diri kita, sudah seharusnya kita datang kepada Bapa dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh. "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:2). Janganlah sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang mengira bahwa doa yang dijawab adalah doa yang dirangkai dengan kata-kata mutiara, berpanjang lebar atau berulang-ulang, atau bahkan berupa hafalan. Berdoa dengan kata-kata indah itu bagus, tapi semua itu tidaklah ada gunanya jika bukan berasal dari hati yang tulus. Jika seperti itu, jangan harap Tuhan mau menjawab doa kita. Hati Tuhan akan tersentuh jika kita berdoa dengan hati yang tulus, karena apa yang ada di hati kita,itulah yang dilihat Tuhan. Tidak perlu bingung seperti teman saya ketika hendak berdoa. Datang apa adanya, membawa diri kita sendiri dengan jujur di hadapan Allah akan jauh lebih bernilai daripada doa yang mementingkan gaya dan motivasi-motivasi salah lainnya. Bukan cara kita berdoa yang paling penting, tetapi sikap hati kita ketika melakukannya, itulah yang dilihat Tuhan.

Tuhan mengasihi kita apa adanya

Think Like a Champion


Ayat bacaan: Roma 8:37
===================
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."

think like a championHari ini saya melihat sebuah buku karya Donald Trump berjudul "Think Like a Champion." Saya tidak sempat membuka-buka halaman di dalamnya, tetapi saya percaya Trump berusaha mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita agar bisa mencapai sukses. Saya setuju dengan Trump. Betapa seringnya kita gagal justru sejak awal. Belum apa-apa kita sudah yakin kalah. Bagaimana mungkin kita berani melakukan sesuatu jika paradigma berpikir kita sudah seperti orang yang kalah? Untuk memiliki mental pemenang kita harus memulainya dari cara berpikir seperti layaknya seorang pemenang pula. Jika tidak, maka kita tidak akan pernah bisa memulai apapun.

Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana mereka bisa berpikir seperti seorang pemenang atau juara jika saya ini tidak ada apa-apanya? Jika sarjana bahkan yang S2 sekalipun masih banyak yang menganggur, apalagi saya yang hanya lulusan SMA? Ada banyak orang yang terjebak pada pola pemikiran seperti ini. Mereka hanya fokus kepada kekurangan mereka dan melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan kita masing-masing dengan talenta dan keistimewaan tersendiri. Sudahkah kita sadar bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Mungkin kita hanya tamat SMA, tetapi bukankah kita memiliki anggota tubuh yang berfungsi baik? Jika ada anggota tubuh kita yang ternyata cacat atau kurang sempurna, bukankah masih ada anggota-anggota tubuh lainnya yang kondisinya baik? Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka. Kita selalu memfokuskan diri kepada kekurangan kita dan mengabaikan apa yang menjadi kelebihan atau keistimewaan kita.

Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan atas kita? Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pecundang, orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang dicanangkan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan "More than conquerors and gain surpassing victory", memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Alkitab menyebutkan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita, through Him who loved us.

Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun." (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Lihatlah kata yang dipakai adalah "TUHAN AKAN", dan bukan "Tuhan bisa" atau "Tuhan mungkin berkenan". Kata akan disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya, termasuk saya dan anda. Bagaimana caranya? sambungan ayat di atas memberitahukan cara untuk memperolehnya. ".. apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14).

Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Atau tanamkan pula ayat ini dalam-dalam di benak kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan "lebih dari pemenang", "to gain a surpassing victory", kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. "Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:8-10).

Ayat di atas berkata jelas. Kita tidak boleh takut. Mengapa? Sebab Tuhan menyertai kita. Kita tidak boleh ragu, alias setengah yakin menang setengah lagi yakin kalah. Mengapa? Karena kita punya Allah yang memiliki kuasa di atas segalanya. Kita tidak pula perlu khawatir, karena Tuhan berjanji pula untuk meneguhkan dan menolong kita. Dia memegang kita dengan tangan kananNya dan hal itu akan mampu membawa kita masuk ke dalam sebuah kemenangan yang lebih dari apa yang kita pikir sanggup untuk kita peroleh. Dengan merenungkan semua ini, masih pantaskah kita menilai diri kita sendiri rendah? Masihkah kita harus terus hidup dengan pemikiran dan mental seperti orang yang gagal atau kalah? Berhati-hatilah agar kita jangan sampai menilai diri kita sendiri rendah dan tidak ada apa-apanya, karena Firman Tuhan mengingatkan kita  ""Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (dalam versi King James dikatakan"For as he thinketh in his heart, so is he." atau dalam bahasa sederhana diartikan sebagai "we are what we think.").  Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk kita olah dan pakai hingga mencapai sebuah kesuksesan besar. Kita harus mulai mengubah pola pikir kita terhadap diri sendiri sejak awal. Mulailah berpikir sebagai pemenang atau juara, karena itulah yang diinginkan Tuhan sejak awal bagi kita semua. Bukan ekor tetapi kepala, tidak menurun melainkan terus meningkat. Semua itu tidak akan bisa terlaksana tanpa dimulai dari pembenahan pola pikir kita. So, let us all start to think like a champion!

Bukan cuma pemenang, tetapi lebih dari pemenang, itulah yang dirindukan Tuhan untuk kita

Gema


Ayat bacaan: Filipi 4:8
==================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

gemaSaya pertama mengenal gema ketika pada suatu kali ayah saya mengajak saya ke atas gunung saat saya masih kecil. Di sana ia menyuruh saya mencoba meneriakkan sesuatu. Betapa kagetnya saya mendengar suara saya kembali terdengar berulang-ulang. Ayah saya hanya tertawa dan kemudian menjelaskan bahwa itu adalah gema atau echo, sebuah refleksi atau pantulan suara kita yang terjadi ketika gelombang suara kita menumbuk suatu permukaan. Fenomena echo atau gema ini memang menakjubkan. Saat itu pun saya kemudian berulang-ulang meneriakkan sesuatu dan kemudian merasa senang ketika saya kembali mendengarkan pantulannya kembali kepada saya. Apapun yang saya teriakkan akan kembali persis sama. Jika saya meneriakkan "Halo", makan yang kembali pun pasti "Halo", dan tidak akan pernah "apa kabar" atau kata lainnya. Itulah fenomena gema, yang sebenarnya bisa kita aplikasikan pula dalam kehidupan kita.  

Apa yang bisa anda katakan mengenai diri anda sendiri hari ini? Syukurlah jika itu adalah kata-kata yang positif. Pada kenyataannya ada banyak orang yang menilai citra dirinya terlalu rendah, buruk dan merasa tidak sanggup untuk melakukan apa-apa. Aku memang bodoh, aku tidak mampu, aku tidak kuat, dan sebagainya. Malah ada banyak orang yang belum memulai sudah langsung merasa gagal. Tidak jarang pula ada orang yang terbentuk dengan percaya diri yang rendah karena sejak kecil sudah terlalu sering dikatai bodoh, baik oleh orang tuanya sendiri, saudara, kerabat atau sahabat. Seperti echo atau gema tadi, apa yang kita teriakkan kepada diri kita sendiri akan kembali kepada kita. Jika kita meneriakkan kata-kata negatif kepada diri kita, maka itulah yang akan terbentuk dalam diri kita. Apa yang kita katakan kepada orang lain pun bisa sedikit banyak mempengaruhi mereka. Apakah kita mengeluarkan kata-kata membangun, menyemangati dan memotivasi, atau merendahkan, mematahkan semangat atau menyepelekan, itu akan memberi pengaruh kepada mereka. Oleh karena itulah sangat penting untuk selalu berpikir atau mengatakan hal-hal yang positif, baik itu untuk orang lain, terutama untuk diri kita sendiri, agar kita terbentuk menjadi orang-orang yang bermental baja dan mampu memandang hidup dari perspektif yang positif pula. Dan itu sejalan dengan apa yang dikatakan firman Tuhan dalam Alkitab.

Kepada jemaat Filipi, Paulus berpesan "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan lebih jelas: "think on and weigh and take account of this things [fix your minds on them]". Pikirkanlah itu, tekankanlah pada diri anda, dan jangan lupa ubahlah paradigma yang mungkin sudah terlanjur negatif pada pikiran anda. Paulus adalah tipe motivator ulung yang selalu berusaha untuk menyuarakan dan memberi keteladanan positif kepada jemaat-jemaat yang dilayaninya. Ia pun mengatakan "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (ay 9). Keteladanannya sungguh luar biasa. Tidaklah gampang untuk menjadi seorang Paulus pada saat itu. Ia mengalami banyak penderitaan, namun ia tidak pernah surut untuk memotivasi para jemaat. Think positive, and keep saying all the positive things to yourself and others.

Tekanan permasalahan memang bisa membuat kita melemah lalu kehilangan motivasi atau keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Elia pernah mengalaminya. Ia berkata "Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja Raja 19:4) Bayangkan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, apa jadinya Elia? Kepada diri kita sendiri pun demikian. Apabila kita terus mengucapkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, mau jadi apa kita nanti? Dan kepada Elia, Tuhan segera bertindak cepat. Dia mengutus malaikat untuk menyuruh Elia segera "bangun", "makan", dan "meneruskan perjalanannya". "Stand up, fill yourself up and keep walking! Don't give up!" Itu kira-kira pesan Tuhan secara singkat, dan itu sudah kita bahas panjang lebar beberapa waktu yang lalu. Lihatlah bahwa dalam keadaan apapun, Tuhan itu ada dan peduli. Jika menyadari bahwa Tuhan menyertai kita, mengapa kita harus merasa pesimis dalam memandang hidup? Mengapa kita harus membiarkan citra diri kita terus semakin rusak, baik akibat perkataan orang lain atau perkataan diri kita sendiri yang negatif?

Lihatlah apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14). Ini adalah sebuah janji penting yang disertai dengan langkah-langkah yang harus kita ikuti jika kita mau mendapatkan apa yang menjadi rencana Tuhan bagi kita. Sikap negatif jika kita biarkan hanyalah akan membuat kita semakin menjauh dari janji-janji dan rencana-rencana yang telah Tuhan rancangkan bagi kita. Melakukan perintah Allah dengan setia, tidak menyimpang, tidak menyembah allah-allah lain, semua itu akan membawa kita mendapatkan apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita. Mungkin tidak mudah bagi orang yang sudah terlalu lama hidup dengan pola pikir negatif untuk bisa merubahnya secara instan. Tapi renungkanlah selalu firman Tuhan, siang dan malam, seperti yang juga dianjurkan Daud dalam Mazmur 1:2, dan tanamlah janji Tuhan itu secara kuat dalam hidup kita. Tetaplah fokus kepada janji-janji Tuhan, dengan demikian kita bisa terus hidup dalam pengharapan dan mampu memandang hidup secara positif meski saat ini masih dalam keadaan sulit. Seperti gema yang memantulkan kembali suara kita di atas gunung, siapkah kita menggemakan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, patut dipuji, dan sebagainya, alias hal-hal yang positif ke dalam hidup kita? Let's think, weight and take account of these things!

Berpikir positif akan membentuk citra diri positif pula

Ruang bagi Iblis


Ayat bacaan: Efesus 4:27
=================
"Neither give place to the devil.“ (KJV)

ruang bagi iblisPernah pada suatu kali saya tiba di Penang pada tengah malam. Saya mengira bahwa saya akan gampang mendapatkan sebuah kamar untuk bermalam, tetapi saya tidak mengantisipasi bahwa hari itu ternyata bertepatan dengan hari libur. Akibatnya sya pun berkeliling dari satu hotel ke hotel yang lain dan jawaban yang saya dapatkan pun sama, semua kamar telah penuh. Untunglah setelah dua jam lebih mencari, saya bisa mendapatkan sebuah kamar di satu motel kecil. Dalam bepergian kita memang harus menyiapkan tempat menginap terlebih dahulu agar kita bisa berlibur atau berkunjung dengan tenang. Selama kita belum menemukannya, tentu seperti pengalaman saya di atas kita akan terus mencari sebuah tempat, kalau bisa senyaman mungkin dengan budget yang terjangkau oleh kita.

Apa yang dilakukan iblis kurang lebih sama. Iblis suka "travelling" dari hati satu manusia ke hati yang lain. Dia akan selalu berusaha mencari tempat yang paling nyaman dalam hati kita untuk kemudian "bertamu" bahkan tinggal di dalamnya. Petrus mengatakan "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5;8). Sebelum memperoleh tempat itu, iblis akan terus berkeliling mencari celah agar bisa menempati sebuah ruang di dalam hati kita, masuk dan berdiam disana, dan jika itu terjadi, maka berbagai bentuk dosa dan kesesatan tinggal masalah waktu saja untuk menghancurkan kita. Dengan mentolerir bentuk-bentuk penyimpangan atau dosa, dengan membiarkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita dan menganggapnya hal yang biasa, jangan-jangan kita sudah memberikan sebuah tempat tumpangan yang sangat nyaman dan mewah kepada si jahat. Akibatnya kita pun akan berada dibawah pengaruhnya.

Alkitab dengan tegas berkata agar kita jangan pernah memberikan ruang kepada iblis. Dalam Alkitab tertulis "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Ayat ini dalam versi KJV disebutkan dengan "Neither give place to the devil.“ Atau dalam versi English Amplified dikatakan "Leave no (such) room or foothold for the devil". Jangan berikan ruang atau tempat berpijak kepada iblis. Iblis bisa dengan nyaman tinggal di dalam diri kita dan mengobrak-abrik iman kita hingga berimbas kepada perilaku-perilaku yang tidak terpuji dan sama sekali bertentangan dengan gambaran yang seharusnya kita miliki sebagai anak-anak Tuhan. Tetapi sebaliknya iblis tidak akan bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi tempat buat dia. Lihatlah dalam 1 Petrus 5:8 di atas dikatakan bahwa iblis hanya bisa berkeliling, mengaum-aum mencari siapa yang bisa ditelannya. Dia tidak akan bisa menembus kita sama sekali apabila kita tidak membiarkannya masuk. Ketika kita membiarkan sifat emosional kita, kepahitan, menuruti hawa nafsu, mendendam kepada orang lain, mudah membenci orang, selalu hidup khawatir dalam segala hal, cepat merasa takut dan hal-hal jelek lainnya, itu sama saja dengan memasang sebuah iklan yang akan sangat menarik buat iblis. Itu akan menjadi sebuah celah yang sangat lebar bagi iblis untuk menancapkan kukunya dalam hidup kita.

Alkitab sudah lama mengingatkan kita agar menjaga hati kita. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Dari hatilah kehidupan itu terpancar, dan apa yang ada di dalam hati kita akan tercermin dalam cara hidup kita. Jika Firman Tuhan yang mengisi relung-relung atau ruang-ruang dalam hati kita, maka itu akan dengan jelas terlihat dari sikap dan perilaku kita. Sebaliknya jika iblis yang berdiam di dalamnya, maka itu pun akan nyata dari cara hidup kita. Yang jelas kita harus benar-benar dengan serius menjaga agar tidak ada ruang kosong di dalam hati kita yang bisa menjadi tempat tinggal bagi iblis, apalagi secara langsung menyediakannya dengan memupuk segala bentuk kenegatifan kita atau menyimpan dosa. Kita harus terus mengisi hati kita dengan firman Tuhan. Lihat pesan Tuhan kepada Yosua: "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Jika ruang-ruang dalam hati kita diisi dengan firman Tuhan, itu akan memampukan kita untuk bertindak hati-hati. Disana iblis tidak akan bisa masuk, bahkan lebih dari itu dikatakan kita akan berhasil dan beruntung dalam perjalanan hidup kita.

Bagaimana jika iblis sudah terlanjur masuk? Alkitab berkata "..lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7). Bagaimana melawannya? Efesus 6:10-20 memberi jawaban lengkap akan hal ini. "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis... ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu." (Efesus 6:11,13). Mungkin bukan menyimpan dosa, tetapi hidup dipenuhi kecemasan pun bisa menjadi celah buat iblis untuk masuk. Untuk hal ini Tuhan sudah berpesan "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7).

Apapun alasannya, jangan beri sedikitpun ruang bagi iblis untuk berdiam dalam diri kita. Pilihan ada pada kita. Apakah kita mau membiarkan atau mengusirnya. Kita harus memastikan tidak ada dosa, kejahatan, kebencian, kepahitan dan sebagainya agar tidak ada satupun celah yang bisa dimanfaatkan iblis untuk berpijak. Isilah terus dengan firman Tuhan, agar iblis hanya bisa dengan kesal mengaum-aum berkeliling diluar tanpa bisa mendekat sedikitpun pada kita. Sesungguhnya kita adalah bait Allah, dan jika demikian tidak ada tempat bagi iblis sama sekali.

Don't give room to the devil

Bapa Penuh Kejutan


Ayat bacaan: 1 Korintus 2:9
====================
"Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

bapa penuh kejutanSukakah anda terhadap kejutan? Saya rasa sebagian besar orang akan sangat senang mendapatkan kejutan. Untuk menyenangkan orang-orang yang kita sayangi kita sering memberi kejutan terutama pada momen-momen spesial dalam hidup mereka. We are human who like surprises. Hari ini saya dan istri saya baru saja memberi kejutan untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada adik ipar saya. Kami menunggu di depan pintu lift sebuah mall sambil membawa kue tart dengan lilin menyala, dan ia terlihat sangat terkejut ketika melihat kami berdiri tepat di depannya begitu pintu lift terbuka. Coba kejutkan pasangan anda dengan seikat bunga yang tidak ia duga sebelumnya, berbagai hadiah atau puisi, hal-hal seperti itu akan sangat bermakna bagi mereka, sesuatu yang tidak akan mudah dilupakan. Atau perhatikan wajah gembira anak-anak ketika mereka mendapat kejutan dari orang tuanya. Mereka akan menangkap perhatian dan rasa sayang kita secara lebih baik lewat kejutan-kejutan membahagiakan seperti itu.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan Tuhan? Mengetahui bahwa manusia menyukai kejutan, apakah Tuhan berlaku sebagai Bapa yang suka pula memberi kejutan ini kepada anak-anakNya? Tentu saja. Malam ini saya merenungkan betapa Tuhan sering berlaku sebagai Bapa yang senang memberi kejutan. He's such a loving Father who likes to give surprises. Tidak terhitung banyaknya kejutan yang telah hadir dalam hidup saya dan istri. Sesuatu yang tidak diduga-duga sebelumnya, namun hadir sebagai sebuah kejutan indah dari Tuhan. Mukjizat kesembuhan, berkat-berkat, pertolongan tepat pada waktunya, semua itu sudah pernah kami alami dan dengan iman kami percaya akan ada banyak lagi kejutan seperti itu di masa datang. Mengapa? Because we both know and believe He's such a loving father who likes to give surprises.

Perhatikan ayat berikut ini: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ini adalah ayat yang dengan jelas menggambarkan betapa Allah suka memberi kejutan. Sesuatu yang tidak kita duga, tidak terbayangkan, tidak terpikirkan, bahkan kita tidak merasa layak menerimanya sekalipun, semua itu disediakan Tuhan bagi siapapun yang mengasihiNya dengan sepenuh hati. Tuhan mampu, mau dan senang menyediakan itu semua sebagai bentuk kejutan bagi anak-anakNya yang sungguh-sungguh mengasihiNya. Perhatikanlah apa yang menggerakkan Tuhan untuk memberi kejutan seperti itu. Kasih. Itulah yang membuat Tuhan dengan senang hati melimpahi kita dengan segala sesuatu yang tidak terbayangkan atau terpikirkan oleh kita. Itulah sebuah bukti nyata bahwa "Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Saya akan ambil sebuah contoh yang nyata kami alami. Terpikirkah oleh anda bahwa anda bisa memiliki rumah, tanpa perlu KPR (kredit) selama bertahun-tahun dengan jumlah tabungan yang hanya cukup menebus seperempat harganya? Masuk akalkah? Sama sekali tidak. Tetapi Tuhan menyediakan itu semua. Saya dan istri mampu memperoleh sebuah rumah tanpa perlu mencicil sama sekali. Tidak hanya itu, Tuhan bahkan kemudian mengembalikan jumlah tabungan kami dengan jumlah yang sama. It was an unforgettable pleasant surprise, satu dari sekian banyak keajaiban yang dihadirkan Tuhan dalam keluarga saya sebagai bentuk kejutan penuh kasih dari Bapa kepada anakNya.

Apa yang menjadi kebutuhan anda hari ini? Apakah anda khawatir anda tidak dapat memenuhinya? Anda tidak perlu takut. Kita punya Bapa yang penuh kejutan, dan siap memberikan kita lebih dari apapun yang kita pikir kita butuhkan. Dalam surat kepada jemaat Efesus kita bisa pula melihat pernyataan ini. "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita."(Efesus 3:20). Tuhan sanggup melakukan jauh lebih banyak dari apa yang kita doakan atau pikirkan, dan Dia mau memberikan itu dengan senang hati. Bersyukurlah kita punya Bapa yang sudah merencanakan "rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11), lengkap dengan berbagai kejutan di dalamnya. Fokus mengasihi Dia, mencari KerajaanNya, maka tanpa kita minta pun semua itu akan ditambahkan kepada kita.

Tuhan adalah Bapa yang suka memberi kejutan bagi anak-anakNya. Syaratnya hanya satu: mengasihiNya dengan sungguh-sungguh. Di dalam kata mengasihiNya itu terkandung ketaatan, kehidupan yang takut dan gentar akan Tuhan, menjauhi laranganNya, mendengar dan mematuhi perintahNya. Dia mengenal kita, Dia tahu apa yang kita butuhkan bahkan lebih dari itu. Tuhan siap melimpahkan kejutan-kejutan, dan hendaklah semua itu kita pakai untuk memuliakan Dia lebih lagi dan bukan untuk dihabiskan sia-sia, ditimbun atau malah dipakai untuk tujuan yang salah. When we love Him fully and honestly with all of our hearts, He will pour down many surprises onto us.

Tuhan adalah Bapa yang suka memberi kejutan indah kepada anak-anakNya yang mengasihi Dia

Gelisah


Ayat bacaan: 1 Petrus 5:7
===================
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

gelisah, cemas, khawatir, takutPernahkah anda merasa gelisah dan cemas akan sesuatu? Jika pernah, tentu anda mengetahui betapa tidak enak rasanya ketika dihantui perasaan seperti itu. Makan tidak enak, tidur tak tenang, atau malah tidak ingin makan lagi dan tidak bisa tidur sama sekali. Berkeringat dingin dan mungkin ada pula yang mulai merasa mulas di perutnya karena merasa sangat gelisah. Hidup tidaklah mudah. Setiap saat kita bisa berhadapan dengan permasalahan yang akan membawa kita masuk ke dalam perasaan takut. Ketika persediaan dana menipis, ketika di kantor sedang ada pengerampingan jumlah karyawan, ketika krisis mulai terasa memberatkan hidup, ketika hidup terasa mulai berjalan semakin jauh dari yang kita impikan, ketika kondisi tubuh mulai terasa semakin lemah dan banyak lagi contoh hal yang bisa membuat kita merasa cemas, gelisah, khawatir, takut dan sejenisnya. Dan parahnya, sisi ini bisa menjadi celah yang sangat digemari iblis untuk membuat iman kita menjadi goyah. Iblis bisa berpesta dalam setiap kegelisahan dan kecemasan kita.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk merasakan hal-hal negatif seperti itu. Memang kita hidup di dunia yang sama, tetapi Tuhan sudah mengingatkan kita berulang kali untuk tidak merasa demikian. Lihatlah apa yang difirmankan Tuhan lewat Petrus berikut: "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Ayat ini berbunyi singkat, padat dan jelas. Perhatikan Tuhan menyatakan bahwa kita harus menyerahkan SEMUA kekhawatiran kita. Segalanya. Bukan setengah, bukan sepertiga, bukan 90%, tetapi semuanya. Dalam bahasa Inggris kata kekhawatiran dirinci secara lebih jauh: "all your anxieties, all your worries, all your concerns, once and for all". Semua ketakutan, kecemasan, kegelisahan, ketidaktenangan, segala yang membebani pikiran, sekali untuk selamanya. Mengapa kita boleh menyerahkan semua itu kepada Tuhan dan kemudian terbebas dari rasa-rasa negatif tersebut? Jawabannya pun jelas: sebab Tuhanlah yang memelihara kita. Bukan orang lain, bukan harta benda, bukan apapun yang ada di dunia ini, tetapi Tuhan sendiri. Dan kita tahu Tuhan punya kuasa yang tertinggi di atas segala-galanya yang ada.

Rasa khawatir bukan saja membuat kita tidak bisa maju, tetapi bisa pula menenggelamkan kita. Lihatlah sebuah contoh ketika Petrus berjalan di atas air. Pada mulanya imannya membuatnya mampu melewati batas logika dan kemampuan manusia. Ia bisa berjalan di atas air! (Matius 14:29). Tetapi apa yang terjadi selanjutnya? Petrus mulai merasa takut ketika angin mulai menerpa dirinya. Ketika rasa takut itu menguasai dirinya, imannya mulai goyah, lalu ia pun kemudian mulai tenggelam. (ay 30). Perhatikanlah, hal seperti ini sering terjadi bagi kita. Ketika masalah mulai datang menerpa dari segala arah seperti angin yang menerpa Petrus, kita pun bertindak sama sepertinya, membiarkan terpaan masalah itu menguasai kita dan menggantikan keyakinan kita kepada Tuhan. We tend to let our worries overcome us. Dan di saat itu terjadi, kita pun tenggelam. Apa tanggapan Yesus akan hal ini? Perhatikan ayat berikut: "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (ay 31). Dari ayat ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa tenggelamnya kita bukanlah karena angin yang menerpa, tetapi karena kebimbangan kita. Kabar baiknya, dari ayat yang sama kita melihat pula bahwa Yesus mengulurkan tanganNya. Dia tidak membiarkan kita tenggelam dalam ketakutan-ketakutan kita. Dia mengulurkan tanganNya, siap mengangkat kita keluar. Dia siap untuk memerdekakan kita dari segala hal yang negatif, termasuk di dalamnya merdeka dari kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, kebimbangan, kegelisahan dan lain-lain.

Kita terbiasa takut terhadap begitu banyak hal, termasuk hari depan kita. Bagaimana kita mencukupi kebutuhan primer kita? Bagaimana hidup kita kelak atau bahkan esok hari? Yesus sudah menjawabnya. "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?" (Matius 6:31). Tidak pada tempatnya kita mengkhawatirkan hal-hal seperti itu. Bagaimana bisa? Jawabannya sangat indah:"..Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." (ay 32b). Tuhan yang sangat mengetahui segala kebutuhan kita, Dia tahu semua hal yang memberatkan pikiran kita dan membuat kita khawatir, dan Dia yang penuh kasih akan selalu siap untuk melimpahkan semuanya.

Mengetahui kebenaran, itu akan memerdekakan kita dalam segala hal, termasuk pula merdeka dari segala ketakutan dan kegelisahan yang melingkupi pikiran dan hati kita. Yesus mengungkapkannya seperti ini "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32). Apa yang dimaksud Yesus ini bukanlah kemerdekaan setengah-setengah, ala kadarnya atau hanya berlaku pada satu-dua hal saja. Tetapi janji ini berlaku untuk memerdekakan kita secara menyeluruh, total dan sepenuhnya. Dan itu akan kita peroleh dari Kristus. "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (ay 36).

Adakah di antara teman-teman yang saat ini tengah dicekam kegelisahan atau kecemasan sehingga anda tidak bergairah untuk melakukan apapun lagi? Ingatlah bahwa Tuhan sudah meminta kita untuk menyerahkan SEGALA kekhawatiran itu kepadaNya. Lihat bahwa Tuhan tidak menjanjikan untuk mengambil kekhawatiran itu dari kita, melainkan kitalah yang diminta untuk memberikan semua itu kepada Tuhan. Jika anda menyerahkan segala perasaan negatif itu kepada Tuhan, Dia akan segera menggantikannya dengan sukacita. Kita tidak akan perlu memupuk rasa takut itu. Kita punya kesempatan untuk tenang, hidup damai dan penuh sukacita, karena Tuhan yang lebih besar dari segalanya itu, yang siap menerima semua ketakutan kita itu tidaklah jauh dari kita. Dia bahkan tinggal di dalam diri kita. Dia sanggup membuat kita berhasil, lepas dari segala permasalahan dan melimpahi kita dengan berkat-berkatNya. Karena itu lepaskanlah semua kekhawatiran anda, serahkan kepadaNya. Teruslah bertekun dalam keyakinan kepada Tuhan. Dan kita tidak akan perlu merasa cemas lagi.

Rest your worries on God

Jomblo, Siapa Takut?


Ayat bacaan: Filipi 4:6
==================
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."

jomblo"Jomblo, siapa takut?" kata teman saya sambil tertawa. Dalam usianya yang sudah tidak lagi muda ia belum juga mendapatkan pasangan hidup. Saya salut kepadanya, karena ia tidak terjebak pada perasaan-perasaan negatif seperti bersedih, depresi, kecewa dan sebagainya. Ia lebih memilih untuk menyikapinya secara positif. "Ada kalanya saya merasa iri melihat pasangan berjalan dengan mesra, tetapi saya tahu bahwa waktu saya akan datang pada suatu saat nanti. Yang penting saya menjaga hidup saya dengan sebaik-baiknya dan terus mensyukuri segala yang Tuhan berikan pada saya." katanya dengan besar hati. Ini sebuah sikap yang sangat terpuji. Ada banyak orang yang bersikap sebaliknya dalam menyikapi kehidupan tanpa pasangan alias jomblo. Pergi ke gereja bukan lagi untuk bersekutu dengan Tuhan bersama saudara-saudari seiman tetapi karena ingin mencari jodoh. Tidak sedikit pula yang kemudian terjebak dalam ketidaksabaran mereka dengan mencari alternatif-alternatif seperti ke dukun dan sebagainya. Ada yang kemudian terburu-buru mencari pasangannya, yang penting dapat, tanpa memikirkan terlebih dahulu baik-baik mengenai keputusan mereka.

Kita tentu tidak ingin hidup sendirian selamanya. Dan Tuhan pun memang sudah menegaskan bahwa manusia itu tidak baik hidup sendirian. God said it's not good. (Kejadian 2:18). Namun kita harus ingat pula bahwa semuanya di muka bumi ini ada waktnya, dan jangan lupa pula bahwa ada orang-orang tertentu yang memang dipanggil untuk hidup selibat seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 19:12. Dan itupun merupakan karunia Tuhan juga. Secara umum manusia diciptakan dan direncanakan untuk berpasang-pasangan. Waktunya mungkin belum tiba, tetapi penting bagi kita untuk mendasarkan segala sesuatu kepada Tuhan, melibatkan Tuhan dalam proses pencarian itu dan tidak tergesa-gesa dalam prosesnya.

Paulus adalah salah satu orang yang mendapat panggilan untuk hidup selibat. Ia berkata "Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin..alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku." (1 Korintus 7:1,7-8). Menjomblo tetaplah sebuah karunia, dan hal itu dikatakan baik. Tetapi itu bukan berarti bahwa punya pasangan itu buruk. Apa yang penting adalah menjaga diri kita untuk terus taat, bertanggung jawab dan setia dalam pengharapan pada Tuhan apapun status kita hari ini. Jomblo atau tidak, bagaimana sikap kita itulah yang penting.

Bagi yang belum mendapatkan pasangan, apa yang seharusnya dilakukan? Tuhan menegaskan untuk tidak khawatir. Ayat bacaaan hari ini menyampaikan pesan Tuhan untuk menyikapi permasalahan dalam hidup kita, termasuk pula masalah belum menemukan pasangan hidup yang tepat ini. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Jangan khawatir tetapi tetaplah berhubungan dengan Tuhan, dan nyatakanlah keinginan itu pada Tuhan melalui doa. Dan jangan lupa pula menyertai doa-doa itu dengan ucapan syukur dan bukan bersungut-sungut. Ini adalah sebuah ayat yang sangat penting untuk diingat dalam menghadapi situasi apapun. Sikap seperti ini haruslah menyertai keputusan anak-anak Tuhan dalam menyikapi permasalahan dalam bentuk seperti apapun. Kembali dalam kitab Roma kita bisa melihat Firman Tuhan yang sama: "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Selanjutnya jangan pula lupa untuk memegang teguh prinsip Firman Tuhan dalam menjalani hidup. Penulis Mazmur menyampaikan hal ini. "Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu." (Mazmur 119:17). Tuhan akan selalu melimpahi kebajikan kepada anak-anakNya yang selalu berpegang teguh pada firmanNya. Kita pun diperbolehkan menyampaikan keinginan kita kepada Tuhan dalam doa yang diisi dengan ucapan syukur. Karena itulah bagi yang masih menjomblo anda tidak perlu khawatir meski saat ini mungkin anda belum kunjung menemukan pasangan yang tepat.

Bersabar dan teruslah bertekun dalam doa, tetaplah bersyukur dan penuhi diri anda dengan sukacita sejati yang berasal dari Tuhan. Jangan tergesa-gesa, karena sebuah keputusan yang diambil tergesa-gesa tanpa pertimbangan yang matang hanyalah akan membuahkan salah langkah. (Amsal 19:2). Serahkan semuanya kepada Tuhan, libatkan Dia dalam segala proses yang kita hadapi dalam hidup. Apapun panggilan Tuhan kepada anda, semua itu adalah sebuah karunia dari Tuhan yang harus disikapi dengan penuh rasa syukur. Percayalah bahwa Tuhan mendengar permohonan anda, dan pada saatnya Dia akan membimbing anda dalam menemukan pasangan yang anda tunggu-tunggu.

Libatkan Tuhan dalam menemukan pasangan hidup anda